BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu
dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula merupakan keistimewaan yang diberikan
oleh Allah swt kepada kita manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan
suatu pembeda antara kita dengan makhluk lainnya.
Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka
memberikan definisi tentang ilmu Filsafat namun masing-masing definisi mereka
berbeda akan tetapi tidak bertentangan, bahkan saling mengisi dan saling
melengkapi dan terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua definisi itu.
Hal tersebut baik untuk menambah wawasan kita karena dengan mengetahui
pengertian dari para ilmuan-ilmuan sebalum kita, kita banyak belajar dari sana.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang
seluruh kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran
yang dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia
kepada tindakan yang lebih layak.
Untuk mengetahui dan membuka wawasan
rekan-rekan mahasiswa khususnya, kami
penyusun makalah akan membahas sejarah singkat tentang filsafat umum,
pengertian, manfaat mempelajari filsafat dan ruang lingkup filsafat.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa
pengertian filsafat?
2. Bagaiamana
manfaat mempelajari filsafat?
3. Bagaiamana
ruang lingkup filsafat?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari filsafat.
2. Untuk
mengetahui manfaat mempelajari filsafat.
3. Untuk
mengetahui ruang lingkup filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Pengertian filsafat,
dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara satu ahli filsafat
dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli
filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni
secara etimologi dan secara terminologi.
1. Filsafat
secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah falsafah dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philosophy
adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta
atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas,
kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai
sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf
lainnya.
2. Filsafat
secara Terminologi
Secara terminologi dalam arti yang dikandung oleh
istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai
gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan.
a.
Plato
Plato
berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai
pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b.
Aristoteles
Menurut
Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
didalamnya terkandung ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat
keindahan).
c.
Al Farabi
Filsuf
Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakikat
bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
d.
Hasbullah Bakry
Menurut
Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan
itu.
e.
Notonegoro
Notonegoro
berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari
sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah,
yang disebut hakikat.
Adapun Ali Mudhofir dalam buku Surajiyo memberikan
arti filsafat sangat beragam, yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat
sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap
terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap secara filsafat adalah sikap
menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu
problem dari semua sudut pandang.
b. Filsafat
sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode, artinya
cara berpikir secara mendalam (reflektif), penyelidikan yang menggunakan
alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk
memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas.
c. Filsafat
sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah, kebanyakan
filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian
bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan
tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi
filsafat. Para filsuf analitis seperti G. E. Moore, B. Russel, L.
Wittgeenstein, G. Ryle, J. L. Austin, dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan
filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti
istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium
para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide.
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara dangkal atau dogmatis
seperti yang kita lakukan pada kehidupan sehari-hari atau bahkan dalam
kebiasaan ilmu pengetahuan. Akan tetapi secara kritis, dalam arti: setelah
segala sesuatunya diselidiki problem-probelm apa yang dapat ditimbulkan oleh
pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu dan setelah kita menjadi sadar dari
segala kekaburan dan kebingungan, yang mmenjadi dasar bagi pengertian kita
sehari-hari.
Barangkali
karena rumitnya mendefinisikan filsafat dan ternyata hasilnya juga relatif
sangat beragam, maka Muhammad Hatta tidak mau terlalu gegabah memberikan definisi
filsafat. Menurut dia sebaiknya filsafat tidak diberikan defenisi terlebih
dahulu, biarkan saja orang mempelajarinya secara serius, nanti dia akan faham
dengan sendirinya. Pendapat Hatta ini mendapat dukungan dari Langeveld.
Pendapat ini memang ada benarnya, sebab inti sari filsafat sesungguhnya
terdapat pada pembahasannya. Akan tetapi – khususnya bagi pemula – sekedar
untuk dijadikan patokan awal maka defenisi itu masih sangat diperlukan.
Pendapat ini
benar adanya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan
pada defenisi. Namun, defenisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan
untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas, terutama yang terkait dengan
filsafat ini. Karena itu, disini dikemukakan beberapa defenisi dari para
filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari segi zaman maupun
kualitas pemikiran.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengartikan filsafat sebagai :
a.
Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai
hakikat segala yang ada, sebab, dan hukumnya.
b.
Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu
kegiatan
c.
Ilmu yang berintikan logika,
estetika, metafisika, dan epistemology.
Secara
umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis,
radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses,
proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau
cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang
diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan
menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis,
mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman
yang mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap
heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan
jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran
yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan
untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka
keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih
mudah.
Filsafat
merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang mencoba
menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi
suatu pandangan dunia yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan
tidak dengan sudut pandaang yang khusus sebagaimana di lakukan oleh seorang
ilmuawan. Para filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan
sebagai suatu totalitas. Tujuan filsafat adalah mengambil alih hasil-hasil
pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika, dan ilmu pengatahuan,
kemudian hasil-hasil tersebut di renungkan secara menyeluruh Dengan cara ini
diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar
alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya serta berbagai pandangan ke
depan.
B.
Manfaat
Mempelajari Filsafat
Menurut
Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta,
maknanya dan nilainya. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan
kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan
kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan:
Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi,
melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai,
menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
Berbeda
dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk
mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup
diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran
sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
Metafisika (hakikat keaslian).Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam.
Namun sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu :
1. Agar
terlatih berpikir serius
2. Agar mampu
memahami filsafat
3. Agar mungkin
menjadi filsafat
4. Agar menjadi
warga negara yang baik
Berfilsafat
ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa,
penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun
dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat
merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab
terakhir satu penampakkan.
Dengan uraian di atas jelaslah bagi
kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :
1. Filsafat
menolong mendidik, membangun diri kita sendiri; dengan berpikir lebih mendalam,
kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki
justru memaksa kita berpikir,untuk hidup dengan sesadar-sadarnya, dan
memberikan isi kepada hidup kita sendiri.
2. Filsafat
memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal
saja,tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
Daalam filsafaat kita di latih melihat dulu apa yang menjadi persoalan dan ini
merupakan syarat mutlak untuk memacahkaannya.
3.
Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan aku-sentrisme (dalam segala hal yang melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan si aku ).
4.
Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri,
hingga kita tak hanya ikut-ikutan saaja, membuntut pada pandangan umum, percaya
akan setiap seboyan dalam surat kaabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat
sendiri, berdiri sendiri, dengan
cita-cita mencari kebenaran.
5.
Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup
kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan
lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
Studi filsafat harus membantu
orang-orang untuk membangun keyakinan keagammaan atas dasar yang matang secara
intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal
saja kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi, yang pra ilmiah,
yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan,
pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Tujuan filsafat adalah mencari
hakikat dari suatu objek atau gejala secara mendalam, sedangkan pada ilmu
pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala. Membicarakan gejala untuk
masuk kepada hakikat itulah yang menjadi fokus filsafat.Untuk sampai kepada
hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat. Jadi, dalam
filsafat itu harus reflektif, radikal, dan integral. Reflektif di sini berarti
manusia menangkap objek secara
intensional, dan sebagai hasil dari proses tersebut adalah keseluruhan nilai
dan makna yang diungkapkan manusia dari objek yang di hadapinya.Filsafat juga
bersifat integral yang berarti mempunyao kecenderungan untuk memperoleh
pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, Filsafat ingin
memandang objeknya secara utuh. Filsafat
membahas lapisan terakhir dari segala sesuatu atau membahas yang paling mendasar.
C.
Ruang
Lingkup Filsafat
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan,
alam semesta, dan sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari
suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti
mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek
formal. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat
dikatagorikan kepada dua:
1.
Objek Material Filsafat
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa
saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang abstrak.
Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendekiawan,
namun semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan.
a. Mohammad
Noor Syam berpendapat, ‘Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu
dibedakan atas objek material atau objek materil filsafat; segala sesuatu yang
ada dan yang mungkin ada, baik materil konkretm psikis maupun nonmateril
abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional,
spiritual, dan nilai-nilai. Dengan demikian, objek filsafat tidak terbatas’.
b. Poedjawijatna
berpendapat, ‘jadi, objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada.
Dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang
menyelidiki segala sesuatunya juga?’ Dapat dikatakan bahwa objek filsafat yang
kami maksud adalah objek materialnya – sama dengan objek material dari ilmu
seluruhnya. Akan tetapi, filsafat tetap filsafat dan bukan merupakan kumpulan
atau keseluruhan ilmu’.
c. Oemar Amir
Hoesin berpendapat, masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah ‘karena
manusia mempunyai kecenderungan hendak berpikir tentang segala sesuatu dalam alam
semesta, terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Objek sebagaimana
tersebut adalah menjadi objek materi filsafat’.
d. Louis O.
Kattsoff berpendapat, ‘lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, meliputi
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui
manusia’.
e. H.A. Dardiri
berpendapat, objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Kemudian,
apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu?
Segala
sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu
1)
Ada yang bersifat umum, dan
2)
Ada yang bersifat khusus.
Ilmu yang
menyelidiki tentang hal ada pada
umumnya disebut ontologi. Adapun ada
yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada
yang mutlak, dan ada yang tidak
mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada
yang bersifat mutlak disebut theodicea. Ada
yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan manusia. Ilmu yang
menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki manusia disebut
metafisik.
f. Abbas
Hammami M. berpendapat, sehingga dalam filsafat objek materil itu adalah ada yang mengatakan, alam semesta, semua
keberadaan, masalah hidup, masalah manusia, masalah Tuhan, dan lainnya. Karena
untuk menjadikan satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda akhirnya dikatakan
bahwa segala sesuatu ada lah yang
merupakan objek materil
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat sangat luas mencakup segala
sesuatu yang ada.
Adapun permasalahn dalam kefisafatan mengandung ciri-ciri seperti yang
dikemukakan Ali Mudhofir, yaitu sebagai berikut.
a.
Bersifat sangat umum. Artinya, persoalan kefilsafatan
tidak bersangkutan dengan objek-objek khusu. Sebagian besar masalah
kefilsafatan berkaitan ide-ide dasar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan
“berapa harta yang Anda sedekahkan dalam satu bulan?” Akan tetapi, filsafat
menyakan “apa keadilan itu?”
b.
Tidak menyangkut fakta disebabkan persoalan filsafat
lebih bersifat spekulatif. Persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan
ilmiah.
c.
Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya
persoalan kefilsafatan bertalian dengan nilai, baik nilai moral, estetis,
agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak
yang ada pada sesuatu hal.
d.
Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis
secara kritis terhadap konsep dan arti yang biasanya diterima dengan begitu
saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
e.
Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup
struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan
kenyataan sebagai keseluruh.
f.
Bersifat implikatif, artinya kalau sesuatu persoalan
kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan
baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat lebih
jauh yang menyentuh berbagai kepentingan manusia.
2.
Objek Formal Filsafat
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang
sedalam-dalamnya. Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai
sudut pandang sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.
Objek formal ini dapat dipahami melalui dua kegiatan:
a.
Aktivitas berfikir murni (reflective thinking)
artinya kegiatan akal manusia dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk
mengerti secara mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b.
Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari
pemikiran atau penyelidikan dalam wujud ilmu atau ideologi.
Mengenai objek formal ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika,
yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan
substansi alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal
dari bahasa yunani, yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya
fisik atau nyata. Untuk itu dapat dipahami pengertian methafisika adalah
pemikiran yang jauh dan mendalam dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca
indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat manusia, dan sebagainya.
Bagi plato (+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab
dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi
Aritoteles (+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari “peri ada selaku ada” (being as being) atau “peri ada sebagaimana
adanya” (being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa
“ada” merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat berusaha memberikan
penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya, maka “ada”
disini meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau
seluruh ada. Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat
holistik atau keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat
Fragmental atau bagian-bagian.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini sebagai
berikut:
1.
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab
dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy
adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam
arti yang sedalam-dalamnya. Filsafat
merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh, filsafat yang
mencoba menggabungkan kaasimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia
menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten.
2.
Manfaat
adanya Filsafat adalah untuk membantu seseorang untuk terlatih berpikir
serius dan mampu menjadi warga negara
yang baik.
3.
Ruang lingkup filsafat yaitu filsafat mempunyai objek
yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan,
yaitu tuhan, alam semesta, dan sebagainya. Objek adalah sesuatu yang merupakan
bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu
pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek
material dan objek formal.
B.
Saran
Saran pada makalah ini adalah penulis
mengharapkan masukan dari Dosen dan
teman-teman mahasiswa serta para pembaca agar makalah ini dapat berguna
untuk kedepannya karena penulis sadar
makalah sangat jauh dari sebuah kata kesempurnaan.
DAFTAR
PUSTAKA